Hari ulang tahun Kota Yogyakarta diperingati setiap tanggal 7 Oktober. Tahun ini, Kota Yogyakarta berulangtahun yang ke-254. Setiap tahunnya, selama 3 tahun terakhir ini, Pemerintah kota Yogyakarta mengadakan Jogja Java Carnival sebagai puncak acara peringatan Ulang Tahun Kota Yogya.
Di tahun-tahun sebelumnya, saya tidak pernah mengikuti/menonton carnaval ini karena saya terlalu malas untuk berdesak-desakan di sepanjang jalan Malioboro ^^” Tapi tahun ini terasa lain untuk saya, karena tahun ini saya berpartisipasi menjadi Panitia Jogja Java Carnival 2010.
Jogja Java Carnival (JJC) tahun ini mengusung tema “Harmonight”, yang kurang lebih membawakan pesan “Kebersamaan/ Keselarasan di Malam Hari”. JJC merupakan satu-satu nya night carnival di seluruh Indonesia. Tuntutan penghadiran teknologi, komposisi bentuk, ragam warna dan siraman cahaya menjadi hal utama dalam mewujudkan kemeriahan dan keceriaan malam.
JJC tahun ini berlangsung selama 2 hari, tanggal 16 dan 17 Oktober 2010. Kenapa 2 hari? Karena keamanan JJC tahun ini dibuat seketat mungkin. Penonton dilarang melewati batas yang ditentukan, atau bahkan dilarang untuk berfoto bersama partisipan karnaval karena akan mengganggu jalannya karnaval ini. Jadi, panitia membuat tanggal 16 malam sebagai karnaval dan tanggal 17 nya semua kendaraan karnaval dan kostum-kostum peserta di pamerkan di pagelaran Keraton Yogyakarta. Nah, pada tanggal 17 itulah semua warga Jogja dapat berfoto dengan kendaraan dan kostum Karnaval sampai puas 😀
Karnaval di mulai pada jam 19.00. tapi warga Jogja sudah mulai memadati sepanjang Jalan Malioboro sejak jam 17.00. Jam 18.00 jalan Malioboro ditutup total. Acara ini disiarkan langsung oleh TVRI dan kabarnya juga TV asing. Yang spesial lagi dari JJC tahun ini adalah adanya Musik Pengiring yang dibuat bekerja sama dengan para musisi. Jadi, seluruh peserta Karnaval akan bergerak sesuai koreagrafi masing-masing dengan musik yang sama. Musik itu terbagi menjadi 3 bagian sehingga tercapai proses penampilan keseluruhan yang klimaks. Bagian pertama adalah kelompok partisipan dengan ritmis bedhayan, bagian kedua adalah kelompok dengan ritmis magis repetisi [semacam bebunyian jathilan], dan bagian ketiga adalah kelompok dengan ritmis yang lebih rancak serta mempunyai beat yang lebih rapat. Musik dapat di download di sini.
Malam itu, dari Abu Bakar Ali hingga Alun-alun Utara dipadati kira-kira 3o ribuan pengunjung. Untuk conditioning, atraksi yang disajikan dari komunitas sepatu roda, sepeda, Sampak Buto, dan komunitas alun-alun kidul yang berkostum pewayangan cukup membantu untuk clearing area. Selain itu, dibagikan juga sekitar 1000an kitiran yang merupakan official merchandise JJC tahun ini.
Ada tujuh kendaraan hias, yaitu vehicle gunungan melibatkan 70 penari, vehicle golong gilig melibatkan 65 penari, vehicle naga Jawa melibatkan 50 penari, vehicle putri bulan melibatkan 85 orang, vehicle global warming melibatkan 90 penari, vehicle pohon (tumbuh) melibatkan 75 penari, vehicle dewi air melibatkan 75 orang. Total penari intinya lebih dari 1.000 dengan penari undangan.
Meskipun awalnya agak chaos karena vehicle tak mampu menembus kerumunan penonton di titik sekitar Pasar Beringharjo – KM nol, tapi akhirnya semua penari dan vehicle mampu mencapai titik finish di Alun-alun Utara di mana Para Undangan dan Tamu-tamu VVIP menunggu. Dan akhirnya Jogja Java Carnival 2010 diakhiri dengan Fireworks Party yang sangat mengagumkan.
Fireworks Party
penonton berbondong-bondong ke alun2 utara
Oya, apa tugas saya sebagai panitia JJC? Pada saat persiapan, saya dan beberapa teman dibawah koordinasi dari Hambar mendapat tugas untuk membuat official merchandise berupa Kitiran yang dibuat di Desa Pandes, Kasihan, Bantul.
Kenapa kitiran? Awalnya, pihak penyelenggara menginginkan penonton tidak hanya pasif menonton saja, maka dipikirkan untuk membuat merchandise yang berupa mainan tradisional yang ada bunyinya. Dipilih mainan tradisional karena mainan itu hampir punah, jadi sekalian melestarikannya. Lalu saya, Hambar, dan Vando survey ke desa Pandes dan kami pun membawa beberapa sampel berupa kitiran dan mainan Otok-otok. Namun akhirnya dipilihlah kitiran dengan pertimbangan Otok-otok terlalu berisik. Bayangkan jika 1000 orang memainkannya di saat bersamaan!
Lalu kami pun membuat ide untuk menghias kitiran itu secara sederhana, sehingga terlihat khas JJC 2010. Maka dibuatlah seperti ini:
dan pegangan kitiran itu dilapisi bambu, selain untuk alasan kenyamanan tapi juga keamanan karena ujung pegangan itu runcing. Dan ada juga kertas berisi keterangan mengenai Dolanan itu.
Kami, tim kitiran yang berjumlah kurang lebih 15 orang, membuat total 1500 kitiran yang 200 diantaranya dilapisi batik untuk tamu VVIP. Kami membagi tugas: mengambil kitiran dari desa Pandes, menempel keterangan, menempel logo JJC 2010, dan memotong bambu-bambu. Menurut saya tugas yang paling berat adalah mengambil kitiran dari desa Pandes dan dibawa menuju Mergangsan Kidul. Bayangkan, sekali ambil 200-300 kitiran yang ditancapkan di 2-3 pelepah pisang. Kami membawa dengan motor. Jadi tiap motor membawa kira-kira 100 kitiran. Kecepatan motor tidak boleh terlalu tinggi, karena angin akan membuat kitiran-kitiran itu berhamburan di jalan. Kami juga jadi pusat perhatian orang-orang di jalan. DAN membawa kitiran itu beraaaat 😥
Yang paling memorable adalah ketika kami mengelem kertas. Kami menggunakan lem kayu, dan ketika lem itu mengering di jari tangan kami saya pun dengan riang gembira mengelupas lapisan lem di jari-jari tangan XDD *jadi kangen…
Di hari H, saya ditempatkan di Tim Traffic dibawah Koordinasi Mbak Iit. Tugas dari Tim Traffic antara lain membagikan merchandise, pusat informasi, dan mempunyai hak untuk melarang penonton melewati batas. Berhubung ternyata eksekusinya cukup berbeda dari rencana, maka saya yang bertugas bersama Mbak Hera di Trikora pun beralih menjadi keamanan, pagar betis.
Whoaaa,,, saya yakin seyakin-yakinnya kalau hari itu saya menjadi orang yang sangat menyebalkan-galak-dan sok2an dimata penonton 😥 ya gimana dong, nanti kalau acaranya kacau kan yang disalahin kita-kita, Mbak dan Mas 🙂 dimaafkan ya ^^
Oya, sebelum acara di mulai, kami diharapkan stand by dari jam 11 siang di Dinas Pariwisata. Di sana kami membantu mengangkut kostum dan menghitung kitiran. Karena Dinas Pariwisata merupakan Basis untuk Persiapan Acara, kami pun bisa melihat persiapan para artis, sekalian foto2 ^^. Itu lah salah satu keuntungan panitia. Keuntungan lainnya? Bisa nonton Karnaval di barisan paling depan, tanpa halangan, dan tanpa dimarah2in 😀 Tapi kami ga sempat foto-foto selama acafa lho /sigh jiwa narsis saya memberontak haha 😀
bule-bula ga mau kalah pake baju jawa
briefing petugas keamanan
Well, inilah pengalaman saya menjadi Panitia Jogja Java Carnival 2010. Kedengerannya keren yah? Tapi beban dan tugas panitia sangat berat. Walaupun begitu saya sangat senang, menambah teman dan pengalaman juga link. Terima kasih ya, sudah memberi saya kesempatan untuk menjadi bagian dari acara ini.
SELAMAT ULANG TAHUN KOTA YOGYA, semoga tetap sederhana ^^
Cheers!
PS: sewaktu evaluasi, kami diberitahu bahwa pemerintah kota puas dengan penyelenggaraan tahun ini. Bisa dibilang acara tahun ini sukses. Yang lebih membuat bangga lagi, ada cerita dari kursi VVIP mengenai kitiran. Jadi ada tamu asing yang sampai tidak memainkan kitiran itu, karena sayang untuk dimainkan, takut rusak, karena mereka ingin memperlihatkannya pada orang-orang di negara asalnya. YAY!
PSS: Entah gimana, kami tau2 nongkrong di pagelaran keraton, padahal harusnya nggak.. hihi, lumayan, foto2 after party sama performers nya 😀
Coba tebak yang mana si Hambar?bersama performers dari Thailand
Mas-mas dari Thailand
Performers dari Thailand